Sebuah renungan yang tidak dimaksudkan untuk menggurui siapapun. Hanya sebuah renungan pribadi penulis, sebuah instropeksi diri, dan sebuah catatan (coretan tangan) penulis. Jika suatu saat penulis lupa tentang hal ini, penulis berharap ketika penulis membolak balik tulisan, penulis menemukan apa yang pernah ditulis dan bisa menjadi pengingat, tentang siapa Tuhan kita..

Saudaraku,
Bagaimanakah tanggapan kita, ketika ada pertanyaan yang dilontarkan kepada kita “
Siapakah Tuhan Kita?” Mungkin sebagian besar kita akan mengatakan, “Pertanyaan apa ini”. Ya,.. karena kita semua tentu tahu dan akan menjawab, “Tuhan kita adalah Allah SWT (bagi Muslim),Dialah Sang Maha Pencipta, Yang menciptakan kita (manusia), hewan, tumbuhan, dan alam raya beserta seluruh isinya. (penulis mohon maaf, jika tidak menyebutkan nama Tuhan versi non muslim, ini dimaksudkan hanya untuk menghindari kesalahan karena penulis hanya orang awam)

Tuhan, suatu Dzat yang Maha Tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya. Dan sudah semestinya kita (sebagai hamba-Nya) menempatkan-Nya pada posisi tertinggi. Mengkultuskan (mensucikan) Nya, memuji-Nya, karena hanya Dialah yang pantas dipuji, dibesarkan, diagung-agungkan. Dialah yang aturan-aturan-Nya harus kita patuhi (perintah-Nya harus kita kerjakan, larangan-Nya harus kita jauhi, panggilan-Nya harus kita penuhi/ jawab).

Ya, itulah jawaban sebagian besar dari kita. Dalam hati kita, mungkin kita berkata,”hanya pertanyaan sederhana yang mudah sekali dijawab”.

Namun pertanyaan selanjutnya adalah, “apakah sikap/ prilaku keseharian kita sudah mencerminkan (menguatkan) semua jawaban di atas?”… Ada suatu definisi lain tentang siapa/ apa itu Tuhan, Tuhan adalah Dzat (sesuatu) yang diagungkan/ didewa-dewakan, dianggap sebagai segala-galanya, sumber dari segala sumber. Hanya Dialah yang mampu menolong kita, menyelesaikan segala permasalahan kita.

Memang sudah semestinya, kita tempatkan Tuhan sebagai tempat bergantung, tempat meminta pertolongan, dan bisa menjadi alasan bagi kita untuk melakukan segala aktivitas (amal kebajikan), segala yang kita lakukan hanyalah untuk mencapai ridho-Nya….

Contoh kasus:

Jika kita memandang bahwa uang itu sangat penting, apa yang ada dipikiran kita adalah uang, karena uang adalah segala-galanya. Sehingga tujuan hidup kita juga bagaimana mencari uang sebanyak-banyaknya, sehingga kita tidak lagi mempedulikan aturan-aturan (norma-norma) agama (yang merupakan aturan Tuhan), kita halalkan segala cara untuk mendapatkan uang, karena kita menganggap “semua hal bisa dibeli dengan uang, semua masalah bisa diselesaikan dengan uang”, itu artinya secara sengaja atau tidak, kita telah menempatkan uang pada posisi yang sangat istimewa (jika kita tidak boleh mengatakan kita telah memposisikan uang sama tingginya atau mungkin lebih tinggi dari Tuhan- Na’udzu billah/ kita berlindung kepada Allah dari sikap demikian).

Kasus lain,
Jika kita (bagi muslim) telah mendengar suara adzan (katakanlah jam 15.15), yang berarti waktu sholat Ashar telah datang (Allah-Sang Maha Pencipta Alam Raya beserta Isinya telah memanggil kita yang mengaku sebagai hamba-Nya untuk segera menghadap-Nya), tapi di saat yang bersamaan, atasan (boss) kita juga memanggil kita untuk menghadapnya, beranikah kita berkata kepada boss kita “ maaf Pa, Tuhan saya sudah memanggil saya untuk menghadap, saya akan menghadap-Nya dulu, setelah selesai saya baru akan menghadap Bapak/Ibu”. Panggilan siapa yang akan kita penuhi lebih dulu??...
Siapa yang lebih kita agungkan, siapa yang lebih kita dahulukan kepentingannya??...
Siapa Tuhan Kita??....

Apakah contoh di atas terlalu sulit kita jawab??..... Kalau begitu coba kita cermati contoh lain yang mungkin lebih mudah untuk kita jawab.

Kasusnya hampir sama dengan kasus di atas, ketika boss kita memanggil, bagaimana sikap kita?, kita pasti akan segera memenuhi panggilan itu. Bahkan ketika ada rekan kerja kita bertaya, “kamu mau kemana?”, dengan cepatnya kita menjawab, “dipanggil sama boss”. Mungkin hanya dalam hitungan menit, kita sudah ada dihadapan boss kita. Pertanyaannya adalah, secepat itukah kita memenuhi panggilan Sang Pencipta kita, ketika adzan telah berkumandang. Bisakah kita menghadap-Nya dalam hitungan menit?, ataukah setengah jam? atau mungkin satu atau dua jam kemudian?..

Panggilan siapa yang lebih kita utamakan?? Siapakah Tuhan Kita?…….. Hanya diri kita yang tahu jawabannya..

Yang perlu digaris bawahi, adalah penulis tidak mengatakan bahwa kita tidak perlu loyal pada atasan, bukan itu… Justru sebagai manusia yang baik, kita harus menghormati, menghargai orang yang menjadi atasan kita, bisa berterima kasih pada orang yang berjasa kepada kita, karena orang yang baik adalah orang yang bisa menempatkan sesuatu pada tempat yang tepat (proporsional) atau adil dalam istilah Islam..

Yang perlu ditekankan adalah kalau kepada atasan, kita harus hormat dan patuh, sudah sepantasnya kalau kita bisa lebih patuh dan taat lagi kepada Tuhan kita (Tuhan Yang Maha Besar, Maha Pencipta, Maha Pemberi dan Maha Segala-galanya).

Mudah-mudahan bermafaat, khususnya buat penulis sendiri…

Yang ingin berkomentar, silakan tulis komentar Anda di kotak komentar...

Salam,

12 comments

  1. Info Peluang Kerja  

    Bagus artikelnya bang, mudah-mudahan kita selalu ingat bahwa kita tidak semestinya menempatkan sesuatu selain-Nya menyamai apalagi lebih tinggi dari-Nya...

  2. zuhri  

    Terima kasih, mas...

  3. Haris  

    Selamat sore menjelang malam. Memang semua yang ada di dunia ini sementara. dan tidak boleh hanya mengejar duit semata.

    tapi mengumpulkan duit dengan cara yang benar tentu saja boleh karena itu yang Dia kehendaki.

    terima kasih, sudah mengingatkan semua orang agar berbisnis dengan cara yang jujur.

  4. Blog Motivasi Arief  

    Renungan ini bagus sekali. Zaman sekarang memang sudah tidak terlihat lagi orang menyembah berhala. Kelihatannya sih gitu padahal tidak.

    Berhala2 sekarang jauh lebih canggih. Namanya pun berubah : uang, jabatan, pekerjaan, dll. Yang membuat kita terlenda dan menomorduakan yang seharusnya di nomorsatukan, yakni Allah SWT.

    Tulisannya inspiratif.
    Salam Sukses,
    Arief Maulana | Student of Internet Marketing School

  5. zuhri  

    @Haris, Benar mas Haris, mengumpulkan duit dengan cara yang benar tidak dilarang, bahkan Islam menganjurkan kita untuk kuat secara ekonomi, pendidikan dan lainnya. Kita boleh mencari uang sebanyak-banyaknya, namun harus tetap mengikuti norma agama dan menunaikan kewajiban seperti zakat (wajib), sedekah (sunnah)


    @Arif Maulana, Mudah-mudahan kita bisa menjaga diri kita agar selalu pada koridor yang benar, tidak terbuai oleh kemajuan zaman sehingga menyebabkan kita lupa siapa kita dan siapa Pencipta kita....

  6. Dinoe  

    renungan yang penuh makna..saya setuju dgn tulisan sobat

  7. Muklis|BBM  

    Met malam mas, terimakasih kunjungannya, Tuhan ada di dalam diri masing masing orang dimanapun kita Tuhan selalu bersama, cuma kadang manusia tidak sadar akan hal itu sehingga jadi nmanusia yang Dhoif, salam sukses dan semoga tetap sehat, bersemangat dan sukses tentunya

  8. Blog Motivasi Mental  

    Berat juga nih maknanya..

    Memang tidak bisa sesingkat ini sih untuk memahami "Tuhan". hanya saja artikel seperti ini sangat berarti sebagai pembuka pintu hati kita agar bersedia menerima hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan.

    Mengapa ada perbedaan antara respek dan definisi Kepada Tuhan?
    Karena Tuhan hanya bisa di pahami dengan kekuatan yang supra-logis / melewati ambang batas kesadaran manusia secara umum. seakan-akan Dia Berada disana dan kalaupun ketemu, itu Nanti.

    Jika ingin serius mengenal-Nya. maka berusahalah melewai ambang batas logika manusia itu.

    Salam Hangat Bang Zuhri,
    Fadly Muin : Blog Motivasi Mental

  9. KasihBapa  

    Sebenarnya dalam kehidupan ini, yang disebut "berhala" telah bermetamorfosis dalam bentuk yang lebih luas. kira-kira definisinya seperti yang tertulis pada artikel diatas, dimana kita lebih mementingkan sesuatu di luar kehendak-NYA atau kita tidak peka terhadap suara-NYA.

    Berhala itu bisa jadi uang, pekerjaan, cinta, kehormatan, hobby, atau keadaan kita di perhamba oleh sesuatu, misalnya miras, rokok, dll

    bahkan, ibadah kita pun bisa jadi suatu berhala jika kita lebih mementingkan ibadah rutin kita daripada DIa sendiri yang kita sembah.

    Sama seperti yang di sebut dengan "menyembah Tuhan", bukan hanya dalam bentuk "ritual" namun dalam kehidupan sehari-hari, dalam perkataan, pikiran dan perbuatan.

  10. ahmad  

    yang namanya berhala dari jaman jahiliah sampek sekarang gak bakal habis mas. bentuk dan modelnya aja yang berubah.

    renungannya dalem banget mas. sering-sering posting renungan ky gn.

  11. Rendy BlogHeboh "Blog Dofollow"  

    Bagus banget nih blognya..
    hahahaa..
    salut dan kembangkan terus..
    oh iyah postingan yg ini keren nih..
    keep blogging..
    sukses selalu..!!

    Jangan lupa berkunjung dan berkomentar di BLOG HEBOH yah, soalnya ada hadiah buat top komentator.. Hihihii..

  12. The Best Gadget  

    Alloh Tuhanku...

    Mas,Tuker link yuk!
    Linkmu udah tak pasang lho!
    Salam kenal :)

Post a Comment


Free chat widget @ ShoutMix